Twitter
RSS

Hubungan Subjek dan Predikat

Hubungan Subjek (aku, dia, atasan, bawahan, saudara, dsb) dengan predikat (sifat-sifatku, sifat-sifatnya, sifat-sifat bawahan, sifat-sifat saudara, dsb) dalam konteks sosial bukan hanya sebuah relasi inti yang hanya melulu merelasikan keduanya. Sering keberadaan objek (hubunganku dengan hubungan lainnya) harus dihadirkan sebagai bentuk keaktiftransitifan dalam kancah sosial itu. Tetapi, itupun kadang belumlah cukup, kadang keaktiftransitifan itu harus pula ditambahkan keterangan sebagai penanda ruang dan waktu atau pelengkap untuk menjalin hubungan dengan yang lain lagi dari diriku.

Pola hubungan Subjek-Predikat ( + Objek – Keterangan/ pelengkap) yang semula bersifat simpel, aktif, positif, dan runtut seiring transformasi sosial budaya, merekapun sedikit banyak telah terpengaruh oleh kaidah transformasinya.

Hubunganku dengan sifat-sifatku yang semula lengkap, kini mulai terkikis oleh kaidah transformasi delisi sehingga hubunganku dengan sifat-sifatkupun menjadi elips.

Hubungan dia dengan sifat-sifatnya yang semula simpel, kini mulai terkena kaidah transformasi penggabungan sehingga hubungan dia dengan sifat-sifatnyapun menjadi kompleks.

Hubungan atasan dengan sifat-sifat atasan yang semula hanya berupa statemen, kini mulai terkena kaidah transformasi perintah sehingga hubungan atasan dengan sifat-sifat atasanpun menjadi perintah.

Hubungan saudara dengan sifat-sifat saudara yang semula aktif, kini mulai terkena kaidah transformasi pemasifan sehingga hubungan saudara dengan sifat-sifat saudarapun menjadi pasif.

Hubungan bawahan dengan sifat-sifat bawahan yang semula positif, kini mulai terkena kaidah transformasi pengingkaran sehingga hubungan bawahan dengan sifat-sifat bawahanpun menjadi ingkar.

Hubungan anak dengan sifat-sifat anak yang semula runtut, kini mulai terkena kaidah transformasi pembalikan sehingga hubungan anak dengan sifat-sifat anakpun menjadi inversi.

Comments (0)

Posting Komentar